CERPEN : Jejak Warna di Pasar Ikan Tradisional Luar Batang

 

Foto: warga Pasar Ikan Luar Batang bertahan hidup di atas perahu (Youtube: BeritaSatu)

 

Hari itu, suasana di pasar tradisional begitu sunyi dan sepi. Terdapat sebuah dermaga yang jauh dari kesan menawan. Bangunan di pasar ikan tradisional Luar Batang tak sekukuh yang terlihat oleh pandangan mata. Perahu-perahu kecil bersandar tanpa tuan dekat tanggul di kawasan Luar Batang berdiri saling berhadapan, meski sebagian atapnya roboh. 

Di antara perahu yang tengah bersandar di tepi dermaga, terdapat seorang perempuan muda bernama Dahlia. Dahlia merupakan seorang penulis muda yang sedang mencari inspirasi untuk ceritanya. Dahlia tertarik dan ingin melihat secara langsung tentang kehidupan yang terjadi di pasar ikan Luar Batang. Melalui pena dan buku catatan di tangannya, Dahlia mulai menjelajahi pasar dengan penuh antuasiasme.

Ketika menginjakkan kaki di pasar ikan Luar Batang Dahlia mencium bau yang tak sedap, sampah-sampah plastik mengambang, oli dan lumut menyatu di tiang dermaga, memberi kesan paling kumuh di lubuk pertemuan. Dahlia melihat garis polisi kuning membatasi area bangunan. Nasib bangunan itu tak se-tragis bangunan lain di sekitarnya. 

Alat berat meraung-raung demi merobohkan kios tua di pasar ikan itu. Aroma busuk dan sampah yang menyengat, mengisi udara dengan kehadiran yang tak terelakkan. Namun di antara kekumuhan itu, ada kehidupan yang berdenyut, Seperti suara perahu nelayan kecil yang tak pernah padam. Kaki-kaki telanjang Dahlia melangkah di atas tanah berlumpur, melintasi jalan yang sempit dan berdebu. Namun di dalam setiap penjuru pasar yang kumuh, ada kehangatan yang terpancar dari senyum dan sapaan.

Pasar tradisional yang dikenal dengan suasananya yang begitu hidup dan ramai, terdengarnya suara lantang dari para pedagang yang tengah sibuk menawarkan produknya, menciptakan suasana yang riuh namun penuh kehangatan. Berbeda dari biasanya, di pasar ikan Luar Batang Dahlia melihat hanya sedikit pedagang yang tersisa. 

Pedagang dengan tangan kasar dan wajah yang lelah, berjuang sepanjang hari dengan harapan yang tak pernah pudar. Pedagang yang menjual sayur-sayuran yang layu, daging dan ikan yang tak lagi segar. Namun di balik segalanya, ada kehidupan yang bersemi, Di antara tumpukan barang-barang yang tak lagi beraturan. Pasar tradisional kumuh, tempat di mana kisah-kisah tercipta, dalam setiap transaksi dan tawar-menawar yang terjadi.

Saat menjelajahi pasar, Dahlia juga bertemu dengan berbagai karakter menarik. Ada penjual yang ramah dan murah senyum, ada juga pembeli yang ceria dan penuh kegembiraan. Dahlia berbicara dengan para pedagang, mendengarkan cerita-cerita kehidupan sehari-hari, bagaimana pedagang di pasar ikan Luar Batang bertahan demi masa depan keluarga dan mencatat setiap kata yang diucapkan. Dahulu, lokasi pasar ikan Luar Batang berada di atas laut dan merupakan pasar ikan tradisional tertua di Jakarta. Di sebelah utara ujung dermaga di tempat pelelangan ikan orang-orang ramai saling bersahutan, laki-laki dan perempuan menghitung harga jual pasaran hasil laut yang tertangkap.

Pagi terus merambat pelan menuju terang, mereka yang tengah tertidur perlahan bangun membuka mata. Saat itu, sebelum memasuki kawasan pasar, seluruh kapal harus melewati pos pemeriksaan untuk diperiksa secara ketat. Di pasar ikan ini tak hanya menjual ikan, tetapi peralatan nelayan serta peralatan musik tradisional khas Betawi. 

Kala itu, masyarakat sekitar harus menerima fakta bahwa di tahun 2016, tempat mereka mencari nafkah terpaksa harus rata dengan tanah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggusur pasar yang telah berdiri sejak tahun 1897 itu. Petak kios yang tampak kurus hanya terlihat di tiap tiang dan atap genting yang disangga kayu. Semuanya roboh seiring berjalannya waktu. Namun, apalah daya. Pasar ikan tradisional Luar Batang sudah rata dengan tanah. Para pedagang mengambil kayu-kayu yang masih bisa dimanfaatkan. Sebagian warga bertahan di lokasi untuk sementara. Mereka menggunakan atap genting bangunan tempat pelelangan ikan atau gedung Pasar Hexagon sebagai tempat berteduh.


Penulis : Nadhifa Fitrina Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta (Peserta Terbaik Lomba Nulis Puisi dan Cerpen Tingkat Nasional)

Sertifikat Nadhifa Fitrina 

 

 

 

 

 

 

 

 


Foto: Kehidupan warga tinggal di atas perahu (Youtube: BeritaSatu)

            Sebagian dari mereka memilih untuk tinggal di atas perahu. Kehidupan warga pasar ikan Luar Batang bertahan di tanah gusuran. Meski sekitar 300 KK telah direlokasi ke rusun yang dibangun Pemprov DKI, sebagian warga pasar ikan Luar Batang memilih tetap bertahan di tanah kelahiran mereka. Puing-puing dan bangunan semi permanen kini menghiasi kampung tua tersebut. Setelah berkeliling pasar dan mengamati semua kehidupan yang ada di dalamnya, Dahlia pulang dengan buku catatan yang penuh dengan cerita dan inspirasi. Dahlia merasa bahwa pasar tradisional adalah sumber kehidupan yang tak terbatas, dan Dahlia berjanji untuk mengabadikan jejak warna dan kehangatan pasar tradisional dalam tulisannya.

            Kisah Dahlia mengingatkan kepada pembaca bahwa pasar tradisional bukan hanya sekadar tempat transaksi jual beli, tapi juga tempat di mana kehidupan berkumpul. Di balik setiap penjual dan pembeli, ada cerita unik yang menunggu untuk diungkapkan. Pasar tradisional adalah tempat di mana budaya, tradisi, dan kehidupan sehari-hari saling berpadu, menciptakan sebuah kehidupan yang tak terlupakan.

            Akhirnya, Dahlia menulis ceritanya dengan penuh semangat. Dahlia membagikan keindahan dan kehangatan pasar tradisional melalui kata-kata yang indah. Ceritanya menginspirasi banyak orang untuk mengunjungi pasar tradisional dan merasakan sendiri kehidupan yang ada di dalamnya. Kini, pasar yang dulunya dikenal dengan nama Vischmarkt tersisa hanyalah cerita. Pasar ikan tradisional itu dipindahkan ke sebuah dermaga hingga sekarang ini. Namun, pasar ini tak lagi menjual ikan sepenuhnya. Titik-titik di kawasan itu hanya dipadati oleh bangunan warung kelontong.

 


Comments

Popular posts from this blog

Melihat Hasil Karya Emas Fotografer Ferdy Siregar

Petualangan di Negeri Gajah: Mengungkap Keajaiban Wisata Thailand