Tinta Waktu di Pasar Nostalgia
Di suatu sudut pasar tua yang merayap waktu, kakek duduk dengan tenang di bawah payung usang. Tubuhnya yang rapuh seakan menyatu dengan kerumunan barang antik di sekitarnya. Mata kakek memancarkan kilau kebijaksanaan dan kenangan yang terukir dalam setiap keriput wajahnya.
Dengan sapuan kuas yang lembut, kakek mulai menciptakan lukisan di atas kanvasnya yang tak lekang oleh waktu. Setiap goresan catnya seolah menjadi pintu gerbang menuju masa lalu yang penuh warna. Di setiap sentuhan kuasnya, terpampang wajah-wajah penjual dan pembeli yang pernah mengisi pasar ini dengan cerita kehidupan mereka.
Pasar tua itu menjadi panggung bagi kakek untuk mengekspresikan nostalgia dan cinta pada masa yang telah berlalu. Rerumputan pasar menjadi lahan subur bagi imajinasinya yang tak pernah pudar. Melalui lukisan panjangnya, kakek mencoba menyampaikan kepada dunia bahwa meski pasar ini terlihat kumuh dan usang, di dalamnya tersimpan sejuta kenangan indah.
Warna-warna cerah dan riang terpancar dari setiap coretan kakek, seolah menjadi harapan baru bagi pasar tua yang kini semakin terlupakan. Lukisan itu menjadi cermin bagi kita semua, mengajak untuk melihat keindahan di balik keramaiannya yang sederhana. Kakek, dengan segala kesederhanaannya, memberikan hidup pada pasar tua yang seakan-akan hidup kembali melalui sapuan kuasnya.
Di bawah terik matahari dan rintik hujan, kakek tetap setia di sana, melukis dengan hati yang penuh cinta. Dia bukan hanya seorang pelukis di pasar tua, melainkan penjaga sejarah yang dengan sabar mencatat setiap detik kehidupan yang berlalu. Lukisan kakek adalah puisi panjang tentang perjalanan waktu, tentang kehidupan yang terus berputar di pasar tua yang tak pernah kehilangan pesonanya.
Comments
Post a Comment